May 23, 2025

Pelita Raya School – Experience Is The Best Teacher

Menjadikan lembaga pendidikan Pelita Raya Terbaik dan Terpercaya dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi, terampil dan akhlak mulia.

April 23, 2025 | admin

Apakah Ujian Nasional Dihapus Sudah Tepat?

Apakah Ujian Nasional Dihapus Sudah Tepat? Tinjauan dari Sudut Pandang Guru dan Siswa

Sejak diumumkannya penghapusan Ujian Nasional (UN) oleh pemerintah, dunia pendidikan Indonesia mengalami pergeseran besar dalam sistem evaluasi pembelajaran. Kebijakan ini menuai reaksi beragam, baik dari kalangan pendidik maupun siswa. Ada yang menyambut dengan lega, ada pula yang mempertanyakan urgensinya. Lalu, apakah keputusan menghapus UN sudah tepat? Mari kita kupas dari dua sisi: guru dan siswa.

Latar Belakang Penghapusan UN
Ujian Nasional dulunya dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan siswa secara nasional. Namun, sejak 2020, UN resmi dihapus dan digantikan oleh asesmen kompetensi minimum (AKM) dan survei karakter. Tujuannya adalah membentuk sistem evaluasi yang lebih menyeluruh dan tidak hanya fokus pada hafalan.

Menurut Kemendikbud, penghapusan ini dilakukan agar proses pembelajaran tidak hanya mengejar nilai akhir, tetapi lebih menekankan pada pemahaman konsep dan penguatan karakter. Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Di lapangan, guru dan siswa menghadapi dinamika yang tak bisa diabaikan.

Apakah Ujian Nasional Dihapus Sudah Tepat?

Pandangan Guru: Lega Tapi Waspada
Sebagian besar guru menyambut baik penghapusan UN. Menurut Ibu Rina, seorang guru matematika SMP di Jakarta, tekanan mengajar untuk mengejar standar nasional kini berkurang.

“Dulu kami sibuk drill soal, sekarang kami bisa lebih fleksibel mengembangkan materi yang lebih kontekstual,” ujarnya.

Namun, tidak semua guru merasa nyaman dengan sistem baru. Pak Wahyu, guru di daerah pelosok Kalimantan, menyoroti ketimpangan akses informasi.

“Siswa di kota cepat adaptasi dengan AKM dan pembelajaran digital. Tapi di desa? Jangankan AKM, akses internet aja kadang enggak ada.”

Dengan tidak adanya standar ujian nasional, beberapa guru khawatir soal kualitas pendidikan yang makin bervariasi antar daerah. Mereka berharap tetap ada evaluasi berskala nasional, meski bentuknya bukan UN konvensional.

Suara Siswa: Antara Senang dan Bingung
Dari sisi siswa, mayoritas merasa terbantu dengan dihapuskannya UN. Tekanan belajar menjelang kelulusan jadi berkurang. Mereka tidak lagi harus begadang demi menaklukkan soal-soal yang rumit.

Namun, tidak sedikit pula yang merasa kehilangan arah. Kevin, siswa kelas XII SMA di Surabaya, mengatakan,

“Dulu ada UN sebagai penutup perjuangan kami, sekarang terasa hambar. Ujian sekolah jadi terasa nggak punya bobot.”

Beberapa siswa juga mengaku bingung karena tidak tahu apa yang harus mereka fokuskan. Sistem AKM dianggap terlalu abstrak, dan tidak semua guru siap mendampingi siswanya secara optimal.

Plus Minus Penghapusan UN
Keuntungan:

Mengurangi stres dan beban mental siswa.

Memberi ruang pembelajaran yang lebih kreatif dan bermakna.

Mengurangi praktik belajar instan yang hanya mengejar nilai.

Kerugian:

Tidak ada tolok ukur nasional untuk menilai kualitas siswa antar daerah.

Muncul kesenjangan akses AKM, terutama di daerah terpencil.

Motivasi belajar bisa menurun karena tidak ada target ujian besar.

Apa yang Bisa Diperbaiki?

Alih-alih mengandalkan UN, sistem evaluasi nasional cmd368 login yang fleksibel namun terstruktur masih sangat dibutuhkan. Pemerintah perlu memastikan bahwa AKM bukan hanya istilah baru tanpa kesiapan sistemik.

Kurikulum juga harus disesuaikan dengan kemampuan guru dan siswa. Pelatihan untuk guru, akses teknologi, dan perbaikan infrastruktur menjadi hal penting agar penghapusan UN tidak justru menciptakan ketimpangan baru.

Kesimpulan
Penghapusan Ujian Nasional memang bukan keputusan yang bisa disimpulkan secara hitam-putih. Dari sudut pandang guru, langkah ini memberi angin segar untuk pendekatan pembelajaran yang lebih manusiawi. Namun dari sisi siswa, masih ada kebingungan dan kurangnya arahan yang jelas.

Yang paling penting saat ini bukan sekadar mengganti sistem ujian, tetapi bagaimana memastikan bahwa setiap anak Indonesia—di manapun mereka berada—mendapat kesempatan belajar dan dievaluasi secara adil. Jadi, apakah penghapusan UN sudah tepat? Jawabannya: bisa iya, asal dijalankan dengan strategi yang matang.

Share: Facebook Twitter Linkedin
April 22, 2025 | admin

Kalau Sekolah Punya Jam Tidur, Bakal Lebih Pintar Gak?

Kalau Sekolah Punya Jam Tidur, Bakal Lebih Pintar Gak?

Bayangin begini: lo lagi sekolah, jam 10 pagi, pelajaran Matematika. Kepala udah berat, mata nyaris merem. Tiba-tiba guru bilang,

“Anak-anak, sekarang waktunya… tidur siang!

Kebayang gak serunya? Tapi pertanyaannya: kalau sekolah punya jam tidur, emang bikin makin pintar? Atau cuma alasan buat malas-malasan?

Yuk kita bahas. Lo bakal kaget gimana tidur siang ternyata bisa jadi senjata rahasia buat belajar lebih efektif!


Tidur = Malas? No Bro, Salah Besar

Banyak orang mikir tidur = pemalas. Apalagi di jam produktif. Padahal, tidur itu penting banget buat kerja otak. Gak percaya?

Menurut penelitian dari Harvard, tidur yang cukup bisa:

  • Meningkatkan memori

  • Meningkatkan fokus

  • Meningkatkan kreativitas

  • Meningkatkan kemampuan problem-solving

Makanya gak heran, banyak negara maju justru mulai kasih ruang buat siswa tidur siang. Karena ternyata, otak anak-anak dan remaja gak bisa diforsir terus-terusan. Butuh jeda buat ngisi ulang energi.


Sekolah Zaman Sekarang: Kurikulum Padat, Tidur Ditinggal

Coba kita jujur. Jadwal anak sekolah sekarang tuh kayak karyawan 9-to-5:

  • Masuk pagi-pagi

  • Pelajaran full sampe sore

  • Pulang masih ada PR, les, tugas kelompok

Kapan istirahatnya? Banyak siswa bahkan cuma tidur 4–6 jam sehari, padahal idealnya remaja butuh 8–10 jam.

Kalau lo tidur kurang, otak lo:

  • Sulit fokus

  • Susah menyerap pelajaran

  • Cepet lelah dan emosian

Jadi jelas: kurang tidur = kurang optimal belajar.


Negara yang Udah Coba Kasih Jam Tidur di Sekolah

Beberapa negara udah nyoba ngasih waktu parlay siang atau fleksibilitas jam masuk sekolah. Contohnya:

  • Finlandia: sistem pendidikannya dikenal paling santuy tapi paling sukses. Siswa punya banyak waktu istirahat, termasuk tidur.

  • China & Jepang: banyak sekolah kasih “nap time” setelah makan siang.

  • Amerika Serikat: beberapa sekolah ubah jam masuk lebih siang karena sadar otak remaja baru aktif penuh jam 9 ke atas.

Hasilnya? Siswa lebih fokus, lebih bahagia, dan prestasi akademik naik.


Tidur Siang Ideal: Berapa Lama?

Tidur siang bukan berarti tidur siang bolong 3 jam ya bro. Ada aturan mainnya juga. Menurut pakar tidur:

  • Power nap 10–20 menit: cukup buat refresh otak

  • Tidur 30 menit: bisa bikin grogi atau lemas

  • Tidur 90 menit: full cycle, bagus buat konsolidasi memori

Jadi kalau sekolah kasih waktu tidur, idealnya di antara 10–20 menit, setelah makan siang.


Manfaat Jam Tidur di Sekolah

Kalau sekolah kasih waktu tidur, ini beberapa efek positif yang mungkin terjadi:

  • Siswa lebih segar & fokus di pelajaran selanjutnya

  • Stres berkurang

  • Meningkatkan daya ingat jangka panjang

  • Mencegah burnout akademik

  • Bikin siswa lebih bersemangat secara emosional

Bahkan bisa jadi solusi buat anak yang sering ketiduran di kelas karena jam belajarnya terlalu padat.


Tapi Bisa Gak Diterapin di Indonesia?

Realitanya, mungkin gak semua sekolah bisa langsung adopsi. Banyak kendala:

  • Waktu sekolah yang padat

  • Kurangnya ruang istirahat memadai

  • Masih ada mindset “tidur = malas”

Tapi itu bukan berarti gak mungkin. Kalau gak bisa kasih jam tidur khusus, setidaknya:

  • Jadwal pelajaran jangan terlalu padat

  • Ada istirahat yang cukup di tengah pelajaran

  • Edukasi soal pentingnya tidur harus masuk ke kurikulum


Kesimpulan

Tidur bukan musuh produktivitas. Justru kalau dilakukan dengan benar, tidur bisa bikin lo lebih fokus, lebih pintar, dan lebih siap menghadapi pelajaran.

Kalau sekolah punya jam tidur? Gak lebay, malah keren. Karena dunia pendidikan gak cuma soal hafalan dan nilai, tapi soal menjaga keseimbangan otak dan mental siswa.

Jadi, bukan cuma PR dan jadwal pelajaran yang penting. Jam tidur juga layak masuk kalender sekolah.

Share: Facebook Twitter Linkedin
Dinamika Baru dalam Dunia Pendidikan
April 20, 2025 | admin

Dinamika Baru dalam Dunia Pendidikan

Dinamika Baru dalam Dunia Pendidikan

Perkembangan dunia pendidikan tidak pernah berjalan di tempat. Seiring dengan dinamika sosial, kemajuan ekonomi, serta pesatnya inovasi teknologi, sistem pendidikan pun terus mengalami transformasi. Dalam konteks global maupun lokal, perubahan ini tidak hanya menuntut adaptasi dari tenaga pendidik, tetapi juga dari para peserta didik serta seluruh ekosistem pendidikan.

Dinamika Baru dalam Dunia Pendidikan

Tren pendidikan masa kini bukan sekadar tren semata, namun menjadi refleksi kebutuhan zaman yang terus berkembang. Berikut adalah beberapa planetbola88 perubahan dan tren utama yang sedang membentuk wajah pendidikan modern.

1. Digitalisasi Pendidikan: Dari Ruang Kelas ke Ruang Maya
Salah satu perubahan paling mencolok dalam dunia pendidikan adalah penggunaan teknologi digital. Sejak pandemi COVID-19, pembelajaran jarak jauh atau daring menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan. Meskipun sekolah kembali dibuka, penggunaan platform digital seperti Google Classroom, Zoom, hingga aplikasi belajar interaktif tetap populer.

Saat ini, banyak sekolah dan kampus mengadopsi sistem pembelajaran hybrid yang memadukan pembelajaran tatap muka dengan online. Selain mempermudah akses, metode ini juga memberikan fleksibilitas bagi siswa untuk belajar sesuai ritme masing-masing.

2. Pendidikan Berbasis Keterampilan (Skill-Based Learning)
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, pendidikan tidak hanya dituntut menghasilkan lulusan yang pandai secara teori, tetapi juga terampil dalam praktik. Itulah sebabnya pendekatan berbasis keterampilan atau skill-based learning semakin digencarkan. Program seperti project-based learning, internship, dan pelatihan vokasi menjadi semakin diminati.

Kurikulum di beberapa institusi bahkan telah direvisi untuk memasukkan penguasaan soft skill seperti kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi sebagai elemen utama dalam proses belajar.

3. Personalisasi Proses Belajar
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Maka dari itu, konsep personalized learning kini semakin diangkat. Melalui bantuan teknologi, guru dapat merancang pendekatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing murid, baik dari segi materi, metode, maupun evaluasi.

Contoh penerapannya antara lain penggunaan aplikasi yang mengukur progres siswa secara individu, serta sistem asesmen yang bersifat adaptif. Dengan demikian, potensi siswa bisa lebih optimal dikembangkan tanpa tekanan yang seragam.

4. Pendidikan Inklusif dan Merata
Tren lain yang cukup menonjol adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan yang inklusif. Kini, pendidikan tidak lagi eksklusif bagi kelompok tertentu. Pemerintah dan berbagai lembaga mulai memberi perhatian khusus pada kelompok disabilitas, anak-anak di daerah terpencil, serta siswa dari latar belakang ekonomi kurang mampu.

Bantuan dalam bentuk beasiswa perangkat digital gratis

5. Integrasi Pendidikan Karakter dan Nilai Moral
Meskipun teknologi terus merasuk ke dalam dunia pendidikan, nilai-nilai moral dan karakter tetap menjadi fondasi penting. Banyak sekolah mulai mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum sebagai respons atas tantangan sosial seperti intoleransi, perundungan (bullying), hingga krisis empati.

Melalui program ekstrakurikuler, pendidikan agama, maupun pendekatan tematik, siswa diajak untuk tidak hanya menjadi cerdas, tapi juga berakhlak mulia dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.

Penutup
Tren pendidikan masa kini mencerminkan betapa dinamisnya dunia belajar mengajar. Dari digitalisasi hingga pendidikan berbasis karakter, semua menunjukkan bahwa sistem pendidikan harus terus bergerak menyesuaikan zaman. Tantangannya bukan hanya pada penyesuaian infrastruktur, tapi juga pada pola pikir semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Pendidikan masa depan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga tentang membentuk manusia yang adaptif, kolaboratif, dan siap menjawab tantangan global. Dengan mengikuti tren yang tepat, kita semua turut andil dalam membentuk generasi yang lebih siap menghadapi masa depan.

Share: Facebook Twitter Linkedin